Crossing the Blues

Wednesday, March 3, 2010

Satu Malam di Anyer

Minggu yang lalu, berdua dengan teman baikku, Farid, kita ber-week end di Anyer. Kita tinggal di sebuah hotel di tepi pantai. Ketika kita berdua datang, tak banyak pengunjung yang ada, hanya dua orang turis bule. Sabtu pagi itu, aku berniat jogging di pantai dan ketika aku berada di lobby, aku berpapasan dengan empat orang gadis yang hendak pergi berenang. Dalam hati, aku berkata akhirnya ada pemandangan bagus juga untuk week-end ini. Salah satu gadis itu, benar-benar membangkitkan nafsu seksku dan aku merasa dia tahu kalau aku tertarik padanya. Tingginya tak lebih dari 160 cm tetapi proporsi badannya sungguh bagus, payudaranya menantang demikian juga pinggangnya yang ramping dan pantatnya yang padat. Dengan baju renangnya itu, kakinya terlihat jenjang dengan betis yang aduhai. Gadis itu berambut sebahu dengan sedikit cat berwarna pirang, kulitnya yang putih makin membangkitkan nafsu laki-lakiku. Ketika aku selesai jogging, dengan sengaja aku melintas di kolam renang. Gadis itu duduk di pinggir kolam renang dengan kaca hitamnya, sementara teman-temannya berenang kesana kemari, dia hanya memainkan air dengan kakinya. Aku duduk di bar kolam renang dan memesan segelas es teh manis dan sandwich. Ketika aku memandang ke arahnya, dia secara sengaja menggosok-gosokkan telapak tangannya di kemaluannya, seolah menantang aku dan aku cuma bisa tersenyum kecil. Dengan rasa penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk menikmati sarapan sandwichku saja. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba seseorang berdiri di sebelahku dan ketika aku menoleh, ternyata gadis itu sedang tersenyum manis dan berkata, Haii boleh saya ikutan nongkrong?. Aku menyahut dengan sedikit gugup, Oo.. boleh, dengan senang hati. Akhirnya kami berkenalan, gadis itu bernama Indy dan dia bekerja di sebuah perusahaan penyedia jasa telekomunikasi di Jakarta. Sarapanku telah habis tapi kami masih ngobrol kesana kemari dan akhirnya ketiga temannya ikut bergabung. Karena hari makin siang dan aku belum mandi pagi, aku pamit untuk kembali ke kamarku dahulu dan sebelumnya kuberikan nomer kamarku ke Indy karena kami janji ketemu untuk makan siang. Aku pergi ke kamarku dan mandi. Sebuah ketukan di pintu terdengar dan kupikir temanku Farid yang baru bangun mengajakku sarapan, dengan badan yang masih basah dan handuk terlilit di pinggang serta menggerutu kubukakan pintu. Ternyata bukan Farid yang ada di depan pintu, tetapi Indy dengan cepat aku meminta maaf karena menggerutu dan dia tersenyum dan berkata, Nggak apa-apa koq Ndre, aku cuma mau numpang mandi soalnya si Dini temanku itu kalau mandi lamanya bukan main, boleh kan?. Aku persilakan Indy masuk dan dengan bercanda aku menyahut, Boleh ajaa kalau perlu aku mandiin sekalian, Indy cuma tertawa dan mencubit bahuku. Aku masuk lagi ke kamar mandi, tetapi tiba-tiba saja Indy menerobos masuk, Indy mau lho dimandiin serunya. Kemudian dia membuka handuk yang melilit di pinggangnya, sementara itu penisku mulai ereksi. Aku sudah tak tahan lagi melihat gadis seksi ini, segera saja kupegang tengkuknya dan kucium bibirnya yang menantang itu. Indy tidak melawan, malah dia membalas ciumanku dengan memainkan lidahnya dimulutku, tangannya melepaskan handuk di pinggangku dan segera meremas-remas penisku, akibatnya penisku makin mengeras dengan cepat. Dengan tetap berciuman kulepaskan pakaian renangnya dan sekarang payudaranya yang menantang itu bebas untuk diremas. Indy menggerakkan badannya untuk berjongkok dan aku kemudian mendudukkan badanku di closet. Dengan gerakan lidah yang ahli, Indy menjilati batang kemaluanku, sementara jari jari tangannya bermain di rambut dan biji kemaluanku. Jilatannya makin menggila dan akhirnya batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya, Indy menghisap penisku seperti anak kecil mengisap es mambo. Ketika dia menghisap kepala penisku, jari-jarinya menggosok-gosok batang kemaluanku. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan aku hanya bisa menggeliat dan meremas-remas rambutnya. Beberapa saat kemudian, aku berkata, Indy, aku klimaks aahh dan Indy melepaskan mulutnya dari penisku tetapi tangannya tetap bergerak mengocok penisku, akhirnya air maniku muncrat keluar. Aku merasakan sensasi dan kenikmatan yang hebat. Indy berdiri di depanku dan melepaskan baju renangnya yang masih melekat di pinggangnya, sekarang aku benar-benar dapat melihat badannya yang putih mulus telanjang bulat di depanku. Dengan beralaskan handuk, Indy merebahkan tubuhnya di lantai dan aku segera berjongkok diatasnya. Payudaranya menjadi sasaran pertama kecupan bibirku, putingnya yang berwarna coklat tua kuhisap dan kumainkan dengan lidahku, sementara itu tanganku memainkan payudaranya yang lain secara bergantian. Kadang-kadang kupindahkan kecupanku ke lehernya yang putih jenjang, Indy hanya menggeliat-geliat dan mendesah sensual. Kemudian tanganku mulai mencari sasaran lain, kuelus-elus dengan lembut liang kewanitaannya yang tertutup rambut yang tipis. Jari tengahku mulai memasuki lubang kenikmatannya dan aku merasakan lubang yang mulai basah lembab, kudorong terus masuk jariku dan akhirnya kutemukan clitorisnya. Ketika kumainkan clitorisnya itu, Indy menggelinjang dan menjerit kecil, Uuhhg.. oohh.. oohh, sementara bibir dan lidahku masih bermain di payudaranya yang makin mengeras. Kubuka selangkangannya lebih lebar dan mulai kuciumi bibir kemaluannya sementara tanganku masih bermain dengan clitorisnya. Sesekali kutarik keluar jariku dan kujilati serta kuhisap liang kewanitaannya itu. Ketika kumasukkan jariku lagi, aku merasakan ada cairan meleleh dari dalam liang kewanitaannya. Indy makin menggelinjang dan kulihat dia mulai meremas payudaranya sendiri, erangannya makin keras terdengar, Ouughh.. oughh.. aahh. Kemudian kurubah posisiku menjadi 69, kuangkat pantatnya sedikit dengan kedua tanganku dan aku mulai memainkan lidahku di liang kewanitaannya. Indy mengelus-elus penisku yang mulai ereksi lagi dan sekali-sekali aku merasakan lidahnya bermain di penisku. Ketika lidahku mulai memasuki sisi dalam bibir kemaluannya, Indy makin menggelinjang dan kadang-kadang kurasakan badannya menegang. Aku tidak mendengar erangannya lagi karena penisku yang telah tegang telah berada di mulutnya lagi. Kutekan lidahku di antara bibir kemaluannya dan aku merasakan badannya menegang, setelah itu aku merasakan penisku tidak lagi dihisapnya. Diantara desahannya, Indy meminta aku segera menyetubuhinya, Ouuhh eemhh, Ndre ayo setubuhi aku, ouhh Kurubah posisiku menjadi posisi push-up, selangkangan Indy telah terbuka lebar dan dari liang kewanitaannya mengalir cairan yang hangat. Kuarahkan penisku ke liang senggamanya, dan kemudian kumasukkan penisku. Diperlukan sedikit usaha keras untuk memasukkan penisku ke liang senggamanya, setelah itu penisku merasakan sebuah liang yang halus, hangat, basah dan menjepit erat batang penisku. Kutekan masuk terus batang penisku sehingga biji pelirku beradu dengan bibir kemaluannya. Kusetubuhi Indy dengan gerakan yang stabil, penisku keluar masuk liang senggamanya yang makin membuat kita berdua tenggelam dalam kenikmatan. Bibirku bermain di payudaranya dan kadang-kadang bertautan dengan bibirnya. Penisku dilapisi cairan kenikmatannya dan ketika kutarik keluar, penisku terlihat mengkilap, bulu dan pangkal penisku juga dibasahi oleh cairan yang keluar dari liang kenikmatan Indy. Akhirnya kurebahkan tubuhku menindih tubuh Indy, gerakan penisku keluar masuk liang senggamanya makin kupercepat dan tubuh kita makin keras bertaut. Aku mulai merasakan akan datangnya orgasme, kuperlambat sedikit tempo persetubuhan dan aku juga merasakan tubuh Indy makin menegang, erangan dan lenguhannya makin keras saja. Beberapa kata-kata keluar dari mulutnya, Terus dong masukin yang dalam lagi, ouughh tekan yang dalem Ndree uuhhg lagii ooughh genjot Ndree. Sementara bibir kita berciuman, aku tetap menyetubuhinya dengan bertenaga, penisku keluar masuk liang kewanitaannya yang masih menjepit erat batang penisku. Tak lama kemudian, Indy menjerit, Ndree dan aku merasakan tubuhnya menegang dan Indy menjepit penisku semakin keras yang membuatku makin sulit menggerakkan penisku keluar masuk liang senggamanya, dan akibatnya gerakan penisku makin lambat. Jepitan memek Indy yang makin keras itu disebabkan dia mulai mencapai klimaks dan membuatku makin terangsang. Kugerakkan penisku dengan lambat-lambat tapi bertenaga, sehingga Indy benar-benar merasakan clitorisnya bergesekan dengan penisku. Aku merasakan sensasi yang hebat ketika tubuh kita berdua sama-sama menegang mencapai klimaks, kita berdua saling memeluk dengan erat. Aku merasakan payudaranya yang berisi terhimpit oleh dadaku, sementara penisku tertancap dalam-dalam di liang senggamanya yang menjepit keras. Setelah beberapa detik tubuh kita menegang, penisku menumpahkan muatannya dan sesaat kemudian kita berdua terkulai lemas tetapi dengan kepuasan yang sangat hebat. Kemudian karena penisku masih tegang, kugerakkan lagi keluar masuk liang kemaluan Indy dengan pelan dan lembut dan akhirnya kutarik keluar setelah melemas. Kita berdua saling berciuman dan berpelukan, saling mengelus-elus tubuh yang berkeringat ini. Setelah itu aku membantunya membersihkan badan, menyabuni tubuh yang putih mulus itu dan membilasnya dengan air hangat. Kemudian setelah mengeringkan badan, kami berdua tidur dengan tubuh telanjang.